DASHAT, mau dibawa kemana?
Oleh Gardea Tyas Wardani (Penyuluh KB Dashat Kabupaten Magelang, Jawa Tengah)
Pepatah mengatakan “tak kenal maka tak sayang”. Jika kenal dan paham pun tidak, bagaimana mau jatuh sayang? Maka tulisan ini mencoba sedikit mengenalkan apa itu DASHAT. Sebuah program yang relatif masih baru tapi sudah mulai sering didengungkan oleh para penyuluh KB.
Apa itu DASHAT atau Dapur Sehat Atasi Stunting?
DASHAT adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemenuhan gizi seimbang bagi keluarga berisiko stunting yang memiliki calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, serta anak dibawah dua tahun dan lima tahun, melalui pemanfaatan sumber daya lokal terutama bahan pangan, yang dapat dipadukan dengan sumber daya atau kontribusi dari mitra lainnya.
Tujuan DASHAT sendiri adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi anak stunting, ibu hamil, ibu menyusui dan keluarga berisiko stunting. Agar masyarakat terutama keluarga yang berisiko stunting mau, dan mampu memberikan pangan yang sehat dan bergizi karena salah satu penyebab stunting adalah kondisi kesehatan yang tidak ideal dan asupan nutrisi yang tidak optimal.
Bagaimana caranya?
Salah satunya adalah dengan memanfaatkan bahan sisa produksi namun layak diolah dari produsen pangan seperti petani, peternak unggas, nelayan dan pengusaha retail, yang kemudian dimasak dan dikemas menjadi makanan siap saji serta bergizi, bagi sasaran yang berisiko stunting. Selain itu, makanan siap saji dan terukur gizi ini juga dapat dijual kepada masyarakat umum.
Harapannya dengan adanya program DASHAT ini, masyarakat mampu mengolah kembali bahan pangan di wilayahnya sebagai sumber makanan yang bernilai gizi tinggi. Meskipun demikian, ada beberapa konsep yang menurut hemat penulis kurang tepat. Diantaranya adalah penggunaan kata “bahan sisa produksi”, yang bisa diartikan sebagai sisa bahan yang tidak ada lagi nilai gizi atau ekonominya. Akan lebih tepat jika cukup menggunakan istilah “bahan pangan” saja. Sehingga tidak menimbulkan salah persepsi di kalangan masyarakat.
